Sabtu, 09 Oktober 2010

STRATEGI PEMASARAN BUKU ALA “PERANG GERILYA” (Sisi Unik Self Publishing)

Terjun di kancah Self Publishing alias menerbitkan buku karya sendiri, bisa dibilang gampang-gampang susah. Tergantung bagaimana kita menyikapinya, dan juga tergantung bagaimana kita menempuh strategi pemasaran buku tersebut.        
       Terkait strategi pemasaran buku, saya menemukan fakta baru bahwa ternyata pemasaran buku bisa dibagi dua. Yang pertama yakni pemasaran ala konvensional atau pemasaran “model biasa” alias “pemasaran gaya ningrat”. Kemudian pemasaran model kedua yakni pemasaran ala “perang gerilya” alias pemasaran ala koboi.        
       Pemasaran konvensional atau pemasaran model biasa (model yang lazim) yakni selesai buku dicetak, pihak penerbit menyalurkan pemasaran bukunya via distributor buku. Pihak distributor buku yang akan mendistribusikan buku tersebut ke berbagai toko buku di tanah air, dan pihak penerbit tinggal menunggu laporan bulanan serta pencairan dana dari pihak distributor.        
       Model pemasaran ini saya katakana pemasaran biasa, karena memang kebanyakan penerbit kecil (self publishing) melakukan hal ini. Model pemasaran ini juga saya sebut “pemasaran bergaya ningrat” karena peta marketing diserahkan sepenuhnya ke distributor, lantas pihak pengelola penerbitan tinggal ongkang-ongkang kaki menunggu laporan distributor.        
       Adakah yang salah dengan model ini ? Tidak ada yang salah. Namun untuk cetakan pertama buku saya yang berjudul: “Kiat Sukses Mengikuti SERTIFIKASI GURU”, model pemasaran ala ningrat ini belum saya lakukan. Mengapa demikian ? Karena perputaran dananya akan sangat lambat, bisa jadi lebih dari 3 bulan atau bahkan setengah tahun baru ada kucuran dana dari distributor.        
       Karena itulah saya lantas menempuh pemasaran cara kedua: yakni pemasaran ala koboi atau pemasaran ala “perang gerilya”. Model pemasaran ini kita dituntut aktif untuk memasarkan sendiri (atau via orang-orang kita) ke konsumen langsung atau ke instansi yang terkait dengan materi yang kita tulis dalam buku.        
      
       Karena buku tersebut berisi “Kiat Sukses Mengikuti SERTIFIKASI GURU”, maka konsumennya tentu saja guru dan instansi yang terkait yakni Dikbud atau Dinas Pendidikan di berbagai daerah. Syukur alhamdulillah, strategi pemasaran langsung ke guru atau via Dinas Pendidikan ini, ternyata cukup bagus. Buktinya, belum sebulan buku tersebut beredar, stok buku tinggal sedikit (cetakan pertama 2.000 eks). Dari hasil pembelian kontan pihak guru / instansi Dinas Pendidikan,  uang yang masuk jumlahnya sudah lumayan sehingga bisa untuk segera cetak ulang.        
      
       Cetakan kedua 16 Februari kemarin sudah selesai (juga cetak 2.000), sehingga kini stok buku jumlahnya lumayan. Baru setelah cetakan kedua ini selesai, rencana pemasaran menggunakan 2 strategi. Yakni pemasaran ala “perang gerilya” tetap jalan, tapi mulai menginjak ke pemasaran “gaya ningrat” alias lewat distributor buku.       
       Capek memang, tapi asyyiiiik. Alhamdulillah   




http://mhzen.wordpress.com/2008/02/20/strategi-pemasaran-buku-ala-%E2%80%9Cperang-gerilya%E2%80%9D-sisi-unik-self-publishing/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar